Hati
manusia diibaratkan bagaikan cermin yang mampu memantulkan cahaya yang
jatuh diatasnya. Cermin yang dihadapkan pada sumber cahaya seperti
matahari akan memantulkan kembali cahaya matahari tersebut, hingga ia
akan bersinar terang bagaikan matahari pula. Namun jika cermin itu
dipenuhi debu, kotoran dan berbagai noda hitam yang tidak pernah
dibersihkan, cermin itu akan menjadi gelap pekat hingga tidak mampu
memantulkan cahaya matahari yang jatuh diatasnya. Demikian pula jika
cermin itu dipalingkan menyamping atau membelakangi matahari, maka
cermin tersebut juga tidak akan mampu memantulkan sinar matahari yang
jatuh diatasnya.
Demikian
pula halnya dengan hati manusia, setiap saat Allah menyinari hati
manusia dengan Nur (Cahaya) Nya. Ada hati yang mampu memantulkan cahaya
Ilahi itu dan bersinar terang menerangi diri dan lingkungannya, namun
banyak pula hati yang tidak mampu memantulkan Nur Ilahi yang datang
padanya. Hati tersebut gelap pekat, membawa kegelapan bagi diri dan
lingkungannya. Allah telah mengunci mati hati yang gelap pekat tersebut
sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 7 :
Allah
telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Al Baqarah 7)
Ada
dua hal yang menyebabkan hati manusia gelap pekat tidak mampu
memantulkan cahaya Ilahi yang menyinari hatinya. Pertama hati itu
dipenuhi debu, kotoran dan noda hitam akibat dosa dan perbuatan maksiat
yang dilakukannya, sehingga hati tersebut menjadi hitam legam dan tidak
mampu memantulkan cahaya yang datang padanya. Kedua, hati tersebut tidak
mendapat cahaya dari Ilahi karena hati tersebut berpaling tidak
menghadap pada sumber cahaya Ilahi yang datang padanya. Hati tersebut
mungkin menyerong, menyamping atau bahkan membelakangi sumber cahaya
Ilahi yang mendatanginya, sehingga cahaya Ilahi tidak mengenai permukaan
hati tersebut. Walaupun hati tersebut bersih dari perbuatan dosa dan
maksiat, namun ia tetap gelap tidak mampu memberi cahaya bagi diri dan
lingkungannya karena memang tidak ada cahaya yang bisa dipantulkan
kembali oleh hati tersebut.
Allah sumber cahaya yang menerangi
Allah
adalah sumber cahaya yang menerangi alam semesta, menerangi langit dan
bumi, menerangi kehidupan manusia, menerangi hati yang dalam kegelapan.
Allah menjelaskan hal tersebut dalam surat An Nur ayat 35 :
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya
Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya
ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak
dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh
tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya),
yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh
api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (An Nur 35)
Orang
yang selalu menghadapkan hati dan fikirannya kepada Allah yang maha
Tinggi dan terus menerus berusaha membersihkan hatinya dari berbagai
kotoran yang datang setiap saat, niscaya hatinya akan bersinar cemerlang
dengan cahaya Ilahi. Hatinya memantulkan serta memancarkan Nur (cahaya)
Ilahi yang diterimanya menerangi kehidupan serta lingkungan tempat dia
berada. Namun orang yang memalingkan hati dan fikirannya dari menghadap
Allah, dan membiarkan berbagai kotoran bertumpuk menutupi hatinya, tidak
akan pernah mendapat cahaya Ilahi. Hatinya gelap pekat demikian pula
hidupnya berada dalam kegelapan dan ketidak pastian, ia tidak mampu
menerangi dirinya sendiri apalagi menerangi lingkungan hidupnya.
Allah
mengingatkan dalam Al-Qur’an agar kita selalu menghadapkan hati dan
fikiran kepada Allah sehingga hati dan fikiran kita selalu mendapat
cahaya dari-Nya yang menerangi dan menuntun kita dalam menempuh
perjalanan hidup didunia maupun akhirat. Perhatikan firman Allah dalam
surat Ar Rum 30 dan Yunus 105 :
30-
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,( Ar- Rum 30)
105-
dan (aku telah diperintah): “Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan
tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.
(Yunus 105)
Orang
yang memalingkan wajahnya dari Allah dan mengambil tuhan yang lain
sebagai sembahannya (Musyrik, Kafir ) tidak akan mendapat bimbingan dan
petunjuk dari Allah, mereka hidup dalam kegelapan, tidak mempunyai
pegangan hidup yang jelas.
Disamping
menghadapkan wajah, hati dan fikiran pada Allah kita juga diperintahkan
untuk membersihkan hati dan fikiran dari berbagai kotoran dan perbuatan
dosa. Hati yang selalu bersih dari debu, kotoran dan dosa menjadi
jernih dan bening, sehingga mampu memantulkan Nur Ilahi yang
diterimanya, untuk menerangi jalan hidup diri dan lingkungannya.
Usaha menghadapkan hati dan fikiran kepada Allah swt.
Hati
yang berpaling atau membelakang dari menghadap Allah tidak akan
mendapat cahaya atau Nur Ilahi. Syetan dan bala tentaranya selalu
berusaha agar manusia berpaling dari Allah, Syetan berusaha agar manusia
memalingkan wajah, hati dan fikirannya kepada selain Allah. Syetan
memperlihatkan indah dan benar semua perbuatan mereka yang sesat, mereka
menyembah selain Allah, seperti tuhan Yesus, patung Budha, berhala,
matahari, Roh leluhur, para Dewa, tempat keramat, benda pusaka dan lain
sebagainya. Tujuan hidupnya hanya untuk memenuhi keinginan syahwat dan
nafsu duniawi.
Hadapkan
hati dan fikiran semata mata hanya pada Allah, jangan menyembah tuhan
atau kekuatan yang lain dari Allah. Hindari menyimpan benda keramat,
azimat, benda pusaka dan jauhi segala aktifitas pemujaan selain kepada
Allah. Ingat dan selalu sebut nama Allah didalam hati dan fikiran
ketika berdiri, duduk dan berbaring. Perbanyak mengerjakan sholat sunah,
wirid zikrullah, membaca Qur’an secara rutin. Jangan kagum dan takjub
kepada kekayaan duniawi atau keistimewaan yang diberikan Allah kepada
orang yang berpaling dari Allah. Semua itu hanyalah ujian dan fitnah
dari Allah, mereka menyangka telah mendapat hidayah dan petunjuk, mereka
merasa berada pada jalan yang benar. Syetan telah menipu mereka
sehingga memandang baik semua kesesatan dan kekeliruan yang mereka
lakukan. Allah telah mengingatkan ini dalam surat An Naml ayat 4 dan
surat Fushilat ayat 25 :
4-
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami
jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka
bergelimang (dalam kesesatan). (An Naml 4)
25-
Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka
memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka dan
tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu
sebelum mereka dari jin dan manusia; sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang merugi.(Fushilat 25)
Dengan
memperbanyak Dzikrullah, sholat sunah, membaca Qur’an syetan tidak
mempunyai kesempatan untuk masuk kedalam hati dan fikiran kita, sehingga
tidak mampu memalingkan hati dan fikiran kita dari mengingat Allah.
Usaha membersihkan hati dari kotoran dan dosa
Kotoran
dosa, dan berbagai kemaksiatan yang kita lakukan dapat menutup hati
hingga tidak mampu memantulkan Nur Ilahi yang datang menyinari hati.
Bersihkan hati dari berbagai kotoran dan dosa tersebut dengan
memperbanyak istighfar dan menahan diri dari melakukan perbuatan maksiat
dan dosa. Ucapkan istigfar dengan tulus dan sungguh-sunguh, satukan
lisan, hati dan fikiran dalam kalimat istighfar yang diucapkan, mohon
ampun dengan sungguh-sungguh hingga meneteskan air mata. Yang diterima
oleh Allah bukan banyaknya kalimat istighfar yang diucapkan, tapi
ketulusan dan kesungguhan hati. Walaupun membaca kalimat istigfar sampai
ribuan kali (1000 atau 5000 kali) jika tidak diikuti dengan keikhlasan
dan kesungguhan hati tidak akan bermanfaat, apalagi jika kalimat
istighfar diucapkan sambil fikiran melantur kemana mana.
Hindari
diri dari melakukan perbuatan dosa kecil, apalagi dosa besar. Jauhi
tempat tempat yang dapat membangkitkan syahwat, jauhi aktifitas dan
pergaulan yang cenderung berhura-hura, pesta pora, perjudian, zina,
mabuk mabukan dan lain sebagainya. Perbanyak bergaul dengan orang saleh,
dekati masjid dan majelis taklim. Insya Allah hati menjadi jernih dan
bening.
Nur Ilahi yang menerangi orang Mukmin
Orang
yang hatinya bersinar dengan Nur Ilahi , selalu mendapat bimbingan dan
petunjuk Allah dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Rasulullah
pernah bersabda :” Takutlah kepada firasat orang mukmin, karena orang mukmin itu melihat dengan Nur Allah”.
Bagi orang Mukmin tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, ia
selalu mendapat jalan keluar dari berbagai masalah yang dihadapinya
serta mendapat rezeki dari tempat yang tidak pernah disangka sangka,
sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat Thalaq ayat 2-3
2.….. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.
3-
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang
dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu. (At Thalaq 2-3)